"Wahai sahabat,
seperti yang engkau lihat dalam kehidupan sehari-hariku. Aku adalah seorang
muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu kebiasaanku yang bisa
kuberitahukan padamu. Setiap menjelang tidur, aku berusaha membersihkan hatiku.
Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan kubuang semua iri, dengki, dendam
dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku sesama muslim. Hingga aku tidur
dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas. Barangkali itulah yang menyebabkan
Rasulullah menjuluki demikian."
Suatu hari, Rasulullah
sedang duduk di masjid dikelilingi para sahabat. Beliau tengah mengajarkan
ayat-ayat Qur’an. Tiba-tiba Rasulullah berhenti sejenak dan berkata,”Akan hadir
diantara kalian seorang calon penghuni surga”.
Para sahabat pun bertanya-tanya
dalam hati, siapakah orang istimewa yang dimaksud Rasulullah ini? Dengan
antusias mereka menunggu kedatangan orang tersebut. Semua mata memandang ke
arah pintu.
Tak berapa lama kemudian,
seorang laki-laki melenggang masuk masjid. Para sahabat heran, inikah orang
yang dimaksud Rasulullah? Dia tak lebih dari seorang laki-laki dari kaum
kebanyakan.
Dia tidak termasuk di
antara sahabat utama. Dia juga bukan dari golongan tokoh Quraisy. Bahkan, tak
banyak yang mengenalnya. Pun, sejauh ini tak terdengar keistimewaan dia.
Ternyata, kejadian ini
berulang sampai tiga kali pada hari-hari selanjutnya. Tiap kali Rasulullah
berkata akan hadir di antara kalian seorang calon penghuni surga, laki-laki
tersebutlah yang kemudian muncul.
Maka para sahabat pun menjadi
yakin, bahwa memang laki-laki itulah yang dimaksud Rasulullah. Mereka juga
menjadi semakin penasaran, amalan istimewa apakah yang dimiliki laki-laki ini
hingga Rasulullah menjulukinya sebagai calon penghuni surga?
Akhirnya, para sahabat pun
sepakat mengutus salah seorang di antara mereka untuk mengamati keseharian
laki-laki ini. Maka pada suatu hari, sahabat yang diutus ini menyatakan
keinginannya untuk bermalam di rumah laki-laki tersebut. Si laki-laki calon
penghuni surga mempersilakannya.
Selama tinggal di rumah
laki-laki tersebut, si sahabat terus-menerus mengikuti kegiatan si laki-laki
calon penghuni surga. Saat si laki-laki makan, si sahabat ikut makan. Saat si
sahabat mengerjakan pekerjaan rumah, si sahabat menunggui.
Tapi ternyata seluruh
kegiatannya biasa saja. “Oh, mungkin ibadah malam harinya sangat bagus,”
pikirnya.
Tapi ketika malam tiba, si
laki-laki pun bersikap biasa saja. Dia mengerjakan ibadah wajib sebagaimana
biasa. Dia membaca Qur’an dan mengerjakan ibadah sunnah, namun tak
banyak.
Ketika tiba waktunya
tidur, dia pun tidur dan baru bangun ketika azan subuh berkumandang.
Sungguh, si sahabat heran,
karena ia tak jua menemukan sesuatu yang istimewa dari laki-laki ini. Tiga
malam sang sahabat bersama sang calon penghuni surga, tetapi semua tetap
berlangsung biasa. Apa adanya.
Akhirnya, sahabat itu pun
pun berterus terang akan maksudnya bermalam. Dia bercerita tentang pernyataan
Rasulullah.
Kemudian dia
bertanya,“Wahai kawan, sesungguhnya amalan istimewa apakah yang kau lakukan
sehingga kau disebut salah satu calon penghuni surga oleh Rasulullah? Tolong
beritahu aku agar aku dapat mencontohmu”.
Si laki-laki menjawab,”
Wahai sahabat, seperti yang engkau lihat dalam kehidupan sehari-hariku. Aku
adalah seorang muslim biasa dengan amalan biasa pula. Namun ada satu
kebiasaanku yang bisa kuberitahukan padamu. Setiap menjelang tidur, aku
berusaha membersihkan hatiku. Kumaafkan orang-orang yang menyakitiku dan
kubuang semua iri, dengki, dendam dan perasaaan buruk kepada semua saudaraku
sesama muslim. Hingga aku tidur dengan tenang dan hati bersih serta ikhlas.
Barangkali itulah yang menyebabkan Rasulullah menjuluki demikian.”
Mendengar penjelasan itu,
wajah sang sahabat menjadi berseri-seri. “Terima kasih kawan atas hikmah yang
kau berikan. Aku akan memberitahu para sahabat mengenai hal ini”. Sang sahabat
pun pamit dengan membawa pelajaran berharga.
Komentar:
0 comments: