Seandainya
saya dan anda dijadikan oleh Allah sebagai seseorang yang serba
berkecukupan. Punya rumah, punya gaji tetap, tabungan di Bank
juga sedikit – sedikit ada. Mau beli sesuatu tinggal gesek
kartu, maka saya dan anda harus benar – benar mensyukuri kelapangan hidup
ini.
Karena
jika ukuran hidup yang lapang adalah seperti itu maka bahkan Rasulullah SAW
saja tidak ‘ selapang ‘ itu . Rasulullah memilih untuk ‘ kelapangan hidup ‘ yang
lain . Kelapangan kehidupan akhirat . Adapun untuk kehidupan dunia , beliau
memilih untuk hidup dalam keadaan serba kekurangan .
Tiada
pernah dapur keluarga Nabi mengepul selama tiga hari berturut – turut . Jika
hari ini ada yang dapat di masak , maka sehari atau dua hari berikutnya sudah
tidak ada lagi yang dapat di masak di sana .
Tidak pernah perut beliau kenyang selama tiga hari berturut – turut .
Itu
adalah pilihan hidup beliau, yakni hidup layaknya para fakir miskin dari
ummat – ummatnya, itulah kehidupan zuhud Fid Dunya . Rasulullah SAW
bersabda :
“Jika
kalian melihat seseorang yang zuhud di dalam urusan dunia maka mendekatlah
kalian kepadanya . Sesungguhnya hikmah tercurah kedalam dirinya . “
Sebuah
keanehan terjadi di dalam masalah ini . Betapa orang – orang mulia , orang –
orang yang kuat seperti Para Anbiya’ , Auliya ‘ serta para Shulaha ‘ dalam
kemuliaan dan kekuatan luar dalam mereka ternyata mereka memilih menjahui dunia
.
Sebalikanya
orang – orang bodoh dan lemah ( dan saya adalah salah satunya ) malah merasa
begitu kuat untuk dapat menguasai dunia dan berkawan dengannya .
Sayyidina
Abu Bakar as Shiddiq adalah sosok yang berpikiran dalam dan acapkali
ditenggelamkan oleh fikiran dan tafakur dirinya . Suatu saat beliau meminta
minum . Para sahabat di sekitar beliau mengulungkan satu gelas berisi air
dingin dengan campuran madu di dalamnya .
Beliau
tiba – tiba menangis sejadi-jadinya . sebegitu deras air mata beliau membuat
orang – orang di sekitarnya turut menangis pula . Sesudah cukup lama tenggelam
dalam tangisnya , beliau kemudian berhenti .
Tetapi
beliau kembali menangis lagi . Bahkan kali ini lebih hebat tangisnya . orang –
orang di sekitarnya pun turut menangis bahkan menjerit – jerit karenanya .
Beberapa
saat kemudia Sayyidina Abu Bakar tersadar dan terdiam Beliau hapus airmata
yang membasahi wajahnya dengan selendang yang di kenakannya . Kemudian beberapa
orang bertanya :
“Apa
yang membuat dirimu menangis seperti itu , sampai kami menyangkau engkau akan
jatuh mati karenanya ? “
Beliau menjawab
:
“Dahulu aku bersama al Mushthafa SAW . Mendadak beliau terlihat menyibak dan
menolak sesuatu sambil berkata , menyingkirlah kamu dariku . Menyingkirlah kamu
dariku, padahal tidak ada siapapun, Maka
akupun bertanya kepada beliau dan beliau menjawab :
“ Ini, si dunia datang
kehadapanku dengan membawa seluruh isinya , maka aku menolaknya dan
menyingkirlah dia sembari berkata kepadaku :
“ Demi
Allah , ingatlah bahwa meskipun engkau menjauh dariku , maka sesudah dirimu
tidak aka nada lagi orang yang berpaling menjauh dariku “
Sayyidina
Abubakar kemudian berkata kembali :
“ Maka aku menjadi takut jangan – jangan
dunia akan berhasil mengejar diriku . Dan karena hal itulah meyebabkan diriku
menangis seperti itu “
Air
dingin dengan pemanis beberapa sendok teh membuat seorang yang kuat seperti
Sayyidina Abubakar menjadi takut jika itu dianggap berlezat – lezat dengan
kenikmatan dunia . Kekuatannya tidak membuatnya terlena untuk tidak takut
dengan sihir dunia .
Sedang
kit? \
Padahal Rasulullah Saw pernah berkata :
“
Takutlah kalian kepada Dunia , sesungguhnya ia itu lebih pandai menyihir
dibanding Harut Marut “
Barangkali
saya atau mungkin anda itu sudah merasa lebih hebat dibanding Kanjeng Nabi
sehingga dengan tanpa tedeng aling – aling dan dengaan kedua tangan terbuka
berangkuln dengan dunia . Wallohu a’lam
SUMBER
: Ustadz MUhajir Madad Salim, MKub dalam kuliah UMI "ZUHUD"