Articles by "Akhlak"
Showing posts with label Akhlak. Show all posts
Dalwa Media Dakwah Online berbagi informasi islam,hukum islam,download aplikasi islam dll.


ILMU kedokteran modern mengungkapkan bahwa minum dalam keadaan berdiri menyebabkan air yang mengalir berjatuhan dengan keras pada dasar lambung dan menumbuknya, menjadikan lambung kendor dan menjadikan pencernaan sulit. Sebagaimana terus-menerus makan dan minum sambil berdiri dapat menimbulkan luka pada dinding lambung. Penemuan ini menjelaskan kepada manusia bahaya yang telah diperingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut ini.

عن أنس – رضي الله عنه – ، عن النبيِّ – صلى الله عليه وسلم – : أنه نَهى أن يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِماً . قَالَ قتادة : فَقُلْنَا لأَنَسٍ : فالأَكْلُ ؟ قَالَ :
 ذَلِكَ أَشَرُّ – أَوْ أخْبَثُ – رواه مسلم

Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang untuk minum berdiri”. Qatadah (seorang tabi’in) berkata : “Kami bertanya kepada Anas, ‘Bagaimana dengan makan sambil berdiri?’ Anas menjawab, ‘Yang demikian itu lebih jelek dan lebih buruk.’ (HR. Muslim).

Hadis-hadis dalam shohih Muslim

– Dari Anas R.A. Sesungguhnya Nabi Saw melarang minum sambil berdiri

– Dari Anas R.A. sesungguhnya Nabi Saw melarangseseorang minum sambil berdiri. Kemudian Qatadah bertanya: “Bagaimana dengan makan?“ Maka Nabi menjawab: Iitu lebih buruk lagi”.

– Dari Abi Sa’id al-Khudriy R.A. Sesungguhnya Nabi Saw melarang minum sambil berdiri.

– Dari Abi Sa’id al-Khudriy: sesungguhnya Nabi Saw melarang minum sambil berdiri.

– Dari Abi Hurairah R.A, Ia berkata: “Rasulullah Saw bersabda: Janganlah salah seorang diantaramu minum sambil berdiri, (tapi), siapa yang lupa silahkan minum (sambil berdiri).”

Hadis Muslim tentu tidak usah kita ragukan kesahihannya. Kenapa? Karena jumhur (mayoritas) ulama menyatakan bahwa hadis-hadis yang dimuat di kitab shahih Muslim (dan juga shohih Bukhori) berkualitas shohih.

(Ibnu Hajaral-Atsqalani, Nazhah an-Nazr fi Nukhbah al-fikr fi mustholah ahli hadits al-asar, Muhammad bin Abdurrahman as-sakhawiy, Fath al-mughits bi syarh alfiyah al-hadits lil Iraqiy, Abu ‘Amr Utsman bin Abdurrahman Ibnu Sholah, Ulumul hadits (Muqaddimah Ibnu Sholah), Jalaluddin al-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi fi Syarh Taqrib an-Nawawi)

Sebenarnya masih banyak riwayat lainnya pada kitab hadis yang lain yang melarang minum sambil berdiri (Sunan Abu Daud 1 hadis, Jami’/Sunan at-Tirmidzy 2 hadis, Sunan ad-Darimiy 2 hadis, Muwatha Malik 4 hadis, Musnad Ahmad bin Hambal 14 hadis, Sunan al-Kubro karya al-Baihaqiy 5 hadis, Musnad Abu Daud ath-Thoyalisi 2 hadis ), namun dengan hanya mengutip hadis-hadis Muslim di atas, sudah cukup mewakili.

Demikian banyaknya hadis yang melarang minum sambil berdiri, namun di sisi lain banyak pula hadis yang membolehkan minum sambil berdiri.

Sekecil dan seremeh apapun sesuatu menurut anggapan kita tidak akan terlepas dari sorotan Islam sehingga agama Islam memberikan petunjuk dan jalan kebaikan di dalamnya. Seperti halnya minum, Islam mengajarkan bagaimana tata cara minum. Para ulama menegaskan bahwa minum sambil duduk lebih utama dari pada minum sambil berdiri. Ini berdasarkan hadits Nabi SAW :

“Janganlah di antara kalian minum sambil berdiri, bila terjadi maka muntahkanlah airnya,” (HR muslim).

Anas ra. berkata, “Nabi Saw telah melarang orang minum sambil berdiri. Qatadah bertanya kepada Anas, “Kalau makan bagaimana?” Anas menjawab), “Kalau makan berdiri lebih busuk dan jahat,” (HR Muslim).

Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Janganlah salah seorang dari kalian minum sambil berdiri, maka siapa yang kelupaan hendaknya menumpahkan apa yang telah diminumnya itu.” (HR Muslim)

Di samping itu, menurut Ibnul Qoyyim ada beberapa afat (akibat buruk) bila minum sambil berdiri. Apabila minum sambil berdiri, seperti pendapat Ibnul Qoyyim, maka di samping tidak dapat memberikan kesegaran pada tubuh secara optimal juga air yang masuk kedalam tubuh akan cepat turun ke organ tubuh bagian bawah.

Hal ini dikarenakan air yang dikonsumsi tidak tertampung di dalam maiddah (lambung) yang nantinya akan dipompa oleh jantung untuk disalurkan keseluruh organ-organ tubuh. Dengan demikian air tidak akan menyebar ke organ-organ tubuh yang lain. Padahal menurut ilmu kedokteran tujuh puluh persen dari tubuh manusia terdiri dari zat cair.

Tulang-tulangpun mengandung air sebanyak tiga puluh sampai empat puluh persen. Sebagian besar darah terdiri dari air dimana terdapat larutan bahan-bahan selain sel-sel darah.

Akibatnya bilamana pembuangan air dari dalam tubuh lebih besar daripada pemasukannya, terjadilah dehidrasi yaitu kekurangan zat cair dalam tubuh. Begitu juga kadar air dalam jaringan tubuh diatur dengan tepat.

Jika terdapat selisih sepuluh persen saja maka gejala-gejala serius akan timbul. Kalau selisih ini mencapai dua puluh persen maka orangnya akan mati.


Oleh sebab itu, dianjurkan memuntahkan air apabila terlanjur minum sambil berdiri seperti yang disebut dalam hadits di atas. Para ahli hikmah juga memberi jalan keluar bila terpaksa minum sambil berdiri yaitu menggerak-gerakan dua ibu jari kaki insya Allah akan dapat menolak efek-efek negatif seperti yang disebut di atas. [ayy/ispos/mrxun/abugibran]

Sumber : Sofwatuna.org
Dalwa Media Dakwah Online berbagi informasi islam,hukum islam,download aplikasi islam dll.


ADA yang mengatakan bahwasanya diam itu merupakan emas. Lha kenapa ya? Ternyata diam itu memberikan banyak kebaikan lho. Tapi, diam di sini bukan berarti tidak melakukan apa pun atau bahkan tidak berbicara. Melainkan, diam di sini lebih memilih untuk tidak banyak berbicara hal-hal yang memang seharusnya tidak untuk dibicarakan.


Akibat perbuatan diamnya itu seorang cendekiawan mengatakan bahwa diam itu mengandung 7.000 kebaikan, dan kesemuanya itu dirangkum dalam tujuh kalimat yang masing-masing kalimat terdapat seribu kebaikan. Ketujuh kalimat itu adalah:


Akibat perbuatan diamnya itu seorang cendekiawan mengatakan bahwa diam itu mengandung 7.000 kebaikan, dan kesemuanya itu dirangkum dalam tujuh kalimat yang masing-masing kalimat terdapat seribu kebaikan. Ketujuh kalimat itu adalah:
1. Diam itu merupakan ibadah yang tanpa susah payah.
2. Diam itu merupakan perhiasan yang tanpa emas permata.
3. Diam itu merupakan kewibawaan yang tanpa kekuasaan.
4. Diam itu merupakan benteng yang tanpa pagar.
5. Diam itu merupakan kekayaan yang tanpa merendahkan orang lain.
6. Diam itu merupakan istirahat bagi malaikat pencatat amal.
7. Diam itu merupakan penutup aib.
Ada yang mengatakan pula bahwa diam itu merupakan hiasan bagi orang yang pandai, dan merupakan tirai bagi orang yang bodoh.
Nah, ternyata sungguh besar kebaikan yang akan diperoleh bagi orang yang diam. Yang senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan atau pun perkataan-perkataan yang tidak seharusnya dilakukan atau diucapkan. Dengan begitu, memang benarlah kebaikan itu akan menimpa dirinya, tapi khusus bagi orang-orang yang diam untuk membentengi dirinya, bukan diam karena rasa malu yang berlebihan. 
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa 1/Karya: Abu Laits as Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang

Dalwa Media Dakwah Online berbagi informasi islam,hukum islam,download aplikasi islam dll.
Sesungguhnya sebuah hati, walau bagaimanapun, dan betapapun pemiliknya sampai pada tingkatan kerusakan dekadensi moral, sombong, membangkang serta kekurangan yang lainnya, pasti didalamnya masih tersisa kebaikan yang sangat banyak, yang terkadang pada awalnya tidak terlihat oleh pandangan mata. 

Maka, cobalah sedikit kecenderungan atas kesalahan mereka, dan sedikit beri kasih sayang yang hakiki pada mereka, serta sedikit perhatian atas mereka. Kita akan mampu merubah, meraba sisi kebaikan yang tidak tersentuh sebelumnya dari dalam sanubari mereka.


Mulailah dengan memberi salam pada mereka, tatkala pertama kali bertemu dengannya, lalu berilah senyuman yang dibarengi pujian atas kebaikan yang pernah mereka lakukan. Namun sebelum itu, jadilah seorang yang jujur dan ikhlas, bukan karena dibuat-buat tidak pula hanya sekedar basa basi. 

Sehingga disisinya, akan tercurat air mata kebaikan dari dalam jiwa mereka, engkau akan merasakan kecintaan dan kepercayaan mereka padamu, itu baru sedikit amalan yang kamu berikan padanya. Dan hal ini, telah banyak orang yang mencobanya.

 Saya mempunyai pengalaman pribadi, selaras dengan masalah ini. Pada suatu waktu aku pernah bertemu dengan salah seorang diantara mereka (para pelaku maksiat) maka saya mulai dengan memberi salam padanya, lalu tersenyum dan memuji sifat baik yang ada didalam kepribadiannya, dan saya katakan hal itu secara tulus. Maka tidak perlu menunggu, dirinya mulai menampakkan kebaikan dan terketuk hatinya. 

Lalu mengganti presepsiku karena dirinya mulai terbuka yang menunjukan bahwa dirinya mempunyai hati yang lembut, perasaannya cepat terketuk sehingga mudah menetaskan air mata, menyesali perjalanan hidupnya yang gelap penuh dengan maksiat dan syahwat. Lantas dirinya mengadu, dengan tidak nyaman terhadap sebagian orang para pemberi nasehat yang sedikit kasar dan terburu-buru.
Saudaraku..

Betapa kita telah salah menilai seseorang hanya karena melihat pada penampilan luarnya saja. Dan sebuah kisah bisa kita jadikan pelajaran, dari Amr bin al-Ash radhiyallahu 'anhu menceritakan tentang dirinya sendiri, sebelum masuk Islam. simaklah; 'Sungguh tidak ada dalam benakku, yang lebih aku benci daripada Rasulallah, aku sangat berharap, dan senang bila aku punya kesempatan untuk menikam lalu membunuhnya'. 

Ini sebelum dirinya masuk Islam, namun perhatikan tatkala dirinya sudah masuk Islam dan telah mengetahui pribadi Rasul secara lebih dekat, maka dia mengatakan; 'Tidak ada orang yang lebih aku cintai daripada pribadi Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak ada yang lebih mulia dihadapanku melainkan beliau, sehingga aku tidak sanggup lagi melepas pandanganku padanya karena rasa pengagungan, kalau sekiranya kamu bertanya agar aku mensifati pribadinya maka aku tidak mampu, karena aku tidak pernah memandangi dirinya'. Sebagaimana yang ada dalam shahih Muslim.

Pada kenyataannya kita seringkali berbuat dhalim terhadap jiwa kita, kemudian berlanjut dengan mendhalimi orang lain yaitu manakala kita langsung mendendam terhadap mereka serta merasa ketakutan dari mereka. 

Oleh karenanya, solusi dari ini semua adalah kita tumbuhkan didalam sanubari kita bibit kasih sayang, dan cinta pada orang lain, serta sabar atas tingkah perbuatan mereka.    Ringkasnya yaitu ada pada akhlak yang luhur dan mempunyai seni cara bergaul dan berinteraksi bersama orang lain.
Duhai ahli Qur'an, tidakkah kita pernah membaca didalam al-Qur'an firman Allah Azza wa jalla:

قال الله تعالى: ﴿ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا ﴾  (سورة البقرة 83) .

"Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia..".  (QS al-Baqarah: 83).

Demikian juga, bukankah kita pernah membaca firmanNya:

قال الله تعالى: ﴿ وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُواْ ٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ يَنزَغُ بَيۡنَهُمۡۚ ﴾ (سورة الإسراء 53) .

"Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka".  (QS al-Israa': 53).

 Didalam ayat pertama disuruh agar mengucapkan kata-kata yang baik pada manusia, kemudian dalam ayat yang berikutnya perintah untuk mengucapkan perkataan yang lebih baik lagi pada mereka. Lantas dimana keadaan kita dari ucapan yang baik terlebih lagi dari ucapan yang lebih baik lagi. Sedangkan perintah itu juga didukung oleh sabda Nabi Shalalallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:

قَالَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ »
 [ رواه مسلم ].

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik pada segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh, bunuh dengan cara yang baik. Dan bila kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang bagus, yaitu dengan menajamkan pisau dan membikin nyaman sembelihan". HR Muslim.

 Apabila kasih sayang dan kebaikan sampai pada tingkatan seperti ini, yaitu berlemah lembut serta berinteraksi dengan baik sampai kiranya dengan binatang, lantas bagaimana dengan bentuk kasih sayang dan kebaikan yang harus disalurkan kepada bani Insan?

Berkata salah seroang ikhwah, menceritakan kejadian yang pernah dialaminya sendiri; 

" Pada musim hujan pernah saya berjalan mengendari mobilku, lalu saya melewati sebuah jalan berlubang yang banyak airnya, sedangkan saya kurang perhatian akan hal itu. Maka begitu lewat air berhamburan kekanan dan kira, naas disitu ada beberapa orang yang sedang duduk-duduk dipinggir jalan, dan yang paling parah adalah mengenai seorang pemuda. 

Akupun begitu panik melihat kejadian itu, apalagi nasib pemuda itu yang telah berubah fisiknya, bajunya yang putih telah berubah hitam lumpur, rambutnya tidak ketinggalan penuh dengan air berlumpur, maka cepat-cepat aku hentikan mobil dan kembali pada mereka, lalu keluar, tidak ada yang aku perhatikan melainkan suara celaan, hardikan dan kemarahan mereka serta kata-kata jorok padaku. Aku lalu jelaskan pada mereka bahwa aku seorang muslim, dan minta maaf atas kejadian ini. Tidak selang berapa lama Subhanallah yang Maha membolak balikkan hati manusia, maka celaan dan kemarahan tersebut berubah sapaan salam, bahkan ajakan untuk makan bersama dan persaudaraan dan persahabatan hangat ". 

Selesai ceritanya dari sini.

Saudaraku yang saya cintai..

Aku katakan secara simpel, bahwa akhlak bisa menciptakan sesuatu yang menakjubkan. Kebanyakan dari kita salah menilai manakala kita meninggalkan sebagian orang hanya karena kita merasa lebih suci dari mereka atau mengaku lebih bersih hatinya, dan lebih cerdas daripada akal mereka.

Berkata seorang laki-laki pada Abdullah bin Mubarak; 'Berilah aku wejangan'. Maka beliau mengatakan: 'Bila engkau keluar rumah maka jangan melebarkan pandanganmu pada seorangpun, melainkan bila engkau melihat dia lebih baik darimu'. Maknanya bukan berarti kita disuruh agar melepas prinsip dan ajaran agung kita, melunak atau basa basi, bukan itu, namun itu semua bagian dari sikap bijak, dalam memberi wejangan yang baik serta seni dalam cara bergaul bersama orang lain'. Ringkasan yang terangkum dari risalah yang berjudul 'Afrahu Ruh'.
Saudaraku yang saya cintai…

Perhatikan pada seni cara bergaul serta budi pekerti yang luhur apa yang akan diperbuat. Inilah Ikrimah bin Abi Jahal, dirinya mewarisi permusuhan terhadap Islam dari bapaknya, ia bunuh setiap muslim yang ia temui dimanapun tempatnya. Pada penaklukan Makah kaum muslimin mampu mengalahkan kaumnya, diapun melarikan diri ke Yaman, setelah sebelumnya menghadiahkan kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam darah kaum muslimin.

Kemudian datang istrinya Ummu Hakim kepada Rasulallah menyatakan keislamannya, serta memohon jaminan keamanan kepada suaminya. Maka Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam –Bapak ibuku sebagi tebusannya- berkata kepadanya: 'Dia aman, lantas beliau mengatakan pada para Sahabat yang ada disekelilingnya; 'Akan datang Ikrimah bin Abi Jahal dalam keadaan mukmin dan berhijrah, maka jangan kalian maki bapaknya, karena mencela mayit akan melukai orang yang masih hidup dan tidak akan sampai pada si mayit'. 

Lalu tidak berapa lama, betul Ikrimah datang lantas berdiri dihadapan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, dan mengatakan; 'Aku bersaksi bahwasannya tidak ilah yang berhak disembah melainkan Allah, dan bersaksi bahwa engkau adalah hamba dan RasulNya. Engkau adalah orang yang paling baik, jujur dan amanah diantara manusia. 

Adapun demi Allah, Ya Rasulallah, tidak ada harta yang aku tinggalkan yang aku keluarkan untuk menentang agama Allah melainkan sekarang aku keluarkan seluruhnya untuk agama Allah, tidak ada peperangan yang aku ikuti untuk menentang agama Allah melainkan aku menyesali dan bertaubat'.

Sebuah sentuhan tangan lembut Nabi pembawa rahmat, bisa merubah anak Fir'aun dari umat ini menjadi barisan wali-wali Allah, dan menjadikan dirinya menyesali segala perbuatannya dan berazam dengan azam yang begitu terpuji, merubah dari keadaan sebelumnya menjadi manusia terbaik. Sungguh akhlak bisa menciptakan sesuatu yang menakjubkan
Dalwa Media Dakwah Online berbagi informasi islam,hukum islam,download aplikasi islam dll.

Keteladanan Baginda Nabi SAW yang Sulit Diikuti Oleh Para Pejabat & Elit Politik 

Sebelum ada yang berkomentar bahwa “Jangan samakan Pejabat negara atau politisi dengan nabi, karena manusia biasa tidak mungkin bisa seperti nabi”, maka disini perlu dijelaskan bahwa, Salah satu alasan kenapa Tuhan menurunkan Nabi dan Rasul dalam sosok seorang Manusia adalah supaya Manusia bisa mengikuti sifat baiknya.

Hal tersebut karena jika Tuhan menurunkan Nabi dan Rasul dalam sosok Malaikat, tentunya manusia tidak bisa mengikutinya.

Perlu dicatat juga bahwa, ketika ada orang memiliki sifat baik yang sama seperti Nabi dan Rasul, bukan berarti secara otomatis orang tersebut dianggap sama dengan Nabi dan Rasul.

Jika kita membaca sejarah Nabi Muhammad S.A.W, salah satu teladan yang seharusnya diikuti oleh para pejabat dan penguasa serta politisi kita yaitu kesederhanaan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW dalam catatan sejarah terbukti menjadi pedagang yang sukses kala itu. Terlebih saat Nabi Muhammad SAW menikah dengan Sayidah Khadijah, seorang pengusaha yang kaya raya, saat itu menjadikan Nabi Muhammad SAW menjadi pengusaha yang kaya raya.

Tapi coba lihat, Kekayaanya yang begitu besar hampir semuanya dibelanjakan untuk Bangsa dan Negaranya serta untuk Agama dan Umatnya. Sedangkan Nabi Muhammad SAW sendiri dalam tidurnya hanya menggunakan anyaman pelepah daun kurma.

Tidak hanya soal papan tidurnya, dalam memakan Nabi Muhammad SAW juga sangat sederhana.

Nabi Muhammad SAW juga berkali-kali menekankan kepada Umatnya khususnya yang menjadi pemimpin dan khalifah supaya mengutamakan rakyatnya. Jangan sampai disaat masih ada rakyat yang kelaparan tapi pemimpinya justru hidup bergelimang harta.

Semua itu sangat ditekankan karena seorang pemimpin, di akherat nanti pastinya akan dimintai pertanggungjawabanya selama menjadi pemimpin.

Apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW tersebut juga diikuti oleh keempat Sahabat terbaik beliau yang selalu hidup sederhana. Mereka itu adalah Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA, Usman bin Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib KWH.

Keempat penerus Khalifah tersebut mewarisi gaya hidup kesederhanaan Nabi Muhammad SAW. Bukan karena mereka miskin, para khalifah tersebut juga terkenal sebagai pengusaha  yang sukses tapi mereka tetap hidup sederhana.

Hal tersebut tentunya sangat berbeda sekali dengan pemimpin-pemimpin di negeri kita.

Para Pemimpin dan politikus kita lebih banyak terlalu hidup dengan bermegah-megah. Lihatlah kekayaan mereka, dimulai dari rumah yang mewah, mobil mewah, pakaian yang mewah, serta serba kemewahan yang lainya.

Gambaran tersebut menggambarkan seolah mereka sebagai pejabat lupa bahwa di negeri ini masih banyak yang menderita. Jangankan bermimpi disebut hidup layak dan berkecukupan. Di beberapa daerah masih ada yang harus mati hanya karena gizi buruk.

Hal ini tentunya membuat hati kita miris dan mengelus dada dan mempertanyakan dimana nurani mereka?

Yang lebih menjijikan lagi adalah ketika diantara mereka lebih memilih menikah lagi dengan alasan pribadinya daripada harus berfikir bagaimana kekayaan yang buat menikah tersebut sebenarnya masih dibutuhkan untuk orang-orang yang masih kelaparan dan bergizi buruk.

Padahal perlu dicatat bahwa sebagian besar kekayaan pejabat kita tentunya didapat dari keringat rakyat yang kita bayarkan melalui pajak.

Kalaupun seandainya itu kekayaan memang hak dia dan milik mereka yang sudah kita bayarkan, tapi harus diingat bahwa dalam hukum Islam, sebagian kekayaan kita adalah bukan milik kita dan hanya titipan. Dan dalam harta dan kekayaan kita ada hak-hak anak yatim dan yang lainya yang memang membutuhkanya.

Apakah TIDAK MALU, jadi pejabat negara bergaya hidup mewah dengan kekayaanya, akan tetapi di daerah masih ada rakyat dan masyarakat harus Meninggal hanya karena Gizi Buruk?

Silahkan anda mengartikan dan menganggap jika tokoh idola dan partai anda sudah hidup sederhana. Itu hak anda dan mungkin memang standard hidup anda seperti itu.

Akan tetapi bagi kita yang hanya sebagai seorang anak petani bisa merasakan dan menganggap jika kebanyakan dan rata-rata GAYA HIDUP pejabat dan elit partai di Indonesia jauh dari kata SEDERHANA.

Semoga saja dalam peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W yang berkali-kali kita rayakan ini bisa menyadarkan pejabat kita dan elit partainya supaya mengikuti keteladanan nabi khususnya untuk bergaya hidup sederhana.

Jika pejabat dan elit partai di negara kita semuanya bisa memiliki gaya hidup yang sederhana, maka yakinlah korupsi tidak akan lagi ada di Indonesia. Karena tidak mungkin seorang yang hidup sederhana itu mempan untuk menerima suap apalagi korupsi.

Mereka yang mau menerima suap dan korupsi PASTILAH bukan dari orang yang hidup sederhana melainkan segerombolan ORANG-ORANG YANG TAMAK, RAKUS, dan TIDAK PUNYA MALU APALAGI TAKUT DENGAN DOSA..!