Bagaimana
pentingnya shalat tahajud bagi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam? Hal
ini dapat disimak dari kesaksian Sayyidah Ummu Salamah ketika melihat Nabi
terbangun dari tidurnya seolah terguncang dan mengucap, “Subhanallah! Betapa
banyak bencana dan kesengsaraan yang jatuh ke bumi pada dua pertiga malam.
Betapa banyaknya rahmat dan karunia Allah yang tercurah.”
Ucapan Nabi ini ditujukan kepada
mereka yang waspada dan menolong diri sendiri dari bencana yang akan datang dan
mempersiapkan dirinya dari bencana yang akan datang dan mempersiapkan dirinya
untuk menerima anugerah rahmat Allah.
Nabi selanjutnya mengatakan,
“Bangunlah wahai orang yang tidur (untuk shalat tahajud). Mereka memakai
pakaian yang indah dan menarik. Namun, pada Hari Kemudian mereka akan
dibangkitkan tanpa sehelai pakaian pun (karena mereka tidak punya akhlak baik
untuk ‘menutupi’ dirinya."
Bagaimana Nabi melaksanakan shalat
tahajud? Dapat disimak dari penuturan Sayyid Ibnu Abbas, sepupu Nabi ini
mengatakan :
“Aku ingin melihat bagaimana Nabi SAW melakukan shalat tahajud.
Pada suatu malam aku pergi ke rumah bibiku, istri beliau yang bernama Sayyidah
Maimunah dan menginap di sana, (Pada waktu itu Abdullah masih anak-anak dan
Maimunah sedang datang bulan.). Aku tidur di sisi lebar tempat tidur, sedangkan
Nabi SAW dan istrinya tidur di bagian panjangnya. Aku pura-pura tidur.
Setelah shalat Isya, Nabi SAW
kembali ke kamar Maimunah dan melakukan empat rakaat shalat sunah (nafl).
Setelah itu beliau berbicara sebentar dengan istrinya, lalu tidur. Kurang lebih
menjelang tengah malam, beliau bangun, duduk duduk dan mengusap kantuk dari
wajah dan matanya. Beliau membaca sepuluh ayat terkahir ayat Ali Imran,
lalu berwudhu dengan air dari tempat air yang terbuat dari kulit yang disimpan
di kamarnya. Lalu, beliau berdiri untuk melakukan shalat.
Ketika aku melihat beliau memulai
shalat, aku pun bangkit berwudhu dan shalat bersamanya. Aku berdiri di sisi
kiri beliau. Nabi SAW menjewer telingaku dengan tangan kanannya dan menarikku
agar berdiri di sebelah kanannya. Nabi SAW melakukan dua belas rakaat sahalat
tahajud (dua rakat-dua rakaat), lalu shalat witir. Setelah itu beliau tidur
lagi. Nafasnya terdengar pada saat beliau tidur itu.
Menjelang waktu shalat subuh, muazin
datang dan member tahu beliau. Beliau bangkit, shalat sunah daua rakaat sebelum
subuh, dengan membaca surat-surat pendek pada setiap rakaat. Lalu, beliau pergi
ke masjid dan shalat Subuh tanpa berwudhu lagi. (HR Bukhari).
Apa yang dilakukan Ibnu Abbas
mengikuti shalat tahajud Nabi, juga diikuti oleh para sahabat lainnya. Sayyidah
Aisyah meriwayatkan, Nabi SAW biasanya shalat tahajud dengan berdiri di
tempat terbuka dekat ‘hujrah’ (kamar) beliau. Namun, dinding di sekelilingnya
amat rendah. Jadi , ketika orang melihat beliau sedang shalat tahajud, mereka
pun bermakmum kepadanya.
Esok paginya mereka bercerita
tentang shalat itu. Ketika yang lain mendengarnya, mereka pun ikut tahajud pula
bersama beliau. Hal ini berlangsung selama dua atau tiga malam.
Pada malam berikutnya Nabi SAW tidak
keluar dari kamarnya. Beliau shalad tahajud di dalam kamar. Pagi harinya, orang
–orang ini menemui Nabi dan menanyakan mengapa beliau tidak keluar untuk shalat
tahajud. Beliau menjawab bahwa beliau khawatir jika mereka terus-menerus
melakukan shalat tahajud berjamaah, Allah mungkin akan mewajibkan shalat
tersebut dan ini merupakan beban berat bagi kaum Muslimin. (HR Bukhari).
Ada ulama yang berpendapat bahwa
perintah shalat tahajud bagi Nabi SAW adalah wajib, sementara bagi kaum
Muslimin sebagai sunnah. Di dalam Al-Quran disebutkan, setelah Nabi menerima
wahyu yang pertama, kemudian lama tidur lagi turun wahyu, maka wahyu berikutnya
adalah dimulai dengan perintah, “Hai orang yang berselimut (Muhammad),
bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari
seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami
akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” – QS Al-Muzzamil (73): 1-5.
Dengan begitu, mereka yang mampu
mewajibkan dirinya untuk shalat tahajud setiap hari, maka maqamnya akan
mendekati maqam kenabian. Wallahu’alam.
Komentar:
0 comments: