Dari Sayidina Anas ra dari Rasulullah
saw bahwasanya beliau bersabda: “Barang siapa yang bermimpi melihatku
maka dia benar-benar telah melihatku karena setan tidak bisa
menyerupaiku.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhori dan Imam
Turmudzi).
Dari Abi Qatadah ra, Rasulullah saw
bersabda: “Bahwasanya setan tidak bisa berwujud sepertiku.”
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim).
Dan dari Abi Sa’id Al Khudri Rasulullah
Saw bersabda: “Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupaiku.”
(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhori, dan Imam Muslim).
Nabi Saw itu tampak dengan wujud yang benar dan segala sesuatu yang telah didengar oleh beliau adalah benar.
Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa
yang bermimpi melihatku, sesungguhnya itu adalah aku dan bukan setan,
karena setan tidak bisa menyerupai diriku.” (Diriwayatkan dari Imam
Tirmidzi). Dari Abu Hurairoh RA bahwasanya Rasulullah Saw bersabda:
“Barang siapa bermimpi melihatku, maka dia benar-benar telah melihatku
karena setan tidak bisa menyerupaiku. Dan mimpinya orang mukmin itu
adalah satu bagian dari empat puluh enam bagian mimpinya Nabi.”
Tidak adanya penyerupaan setan dengan
Rasulullah saw diungkapkan dalam berbagai macam lafadz, seperti
“Sesungguhnya setan tidak dapat menyerupaiku”, “Tidak dapat menjadi
seperti aku” dan “Tidak dapat membayangkan aku”.
Tidak adanya penyerupaan setan dengannya
tidak diragukan lagi, baik dalam bentuk atau dalam keadaan terjaga atau
tidur. Ibnu al-Baqilani berkata: “Makna dari hadits-hadits itu bahwa
mimpi bersama Rasulullah saw adalah benar dan bukan impian yang kacau
serta bukan pula penyerupaan setan.”
Telah berkata pula selain Ibnu Baqolani,
“Sesungguhnya maksud dari bermimpi Rasulullah telah diketahui
kebenarannya. Tidak ada penghalang yang menghalangi hal tersebut, dan
bukan khayalan. Maka akan berbahaya bagi orang yang menolak kedzohiran
Nabi (ingkar).”
Para ulama berkata: “Mereka berpendapat
kadang-kadang mereka diperlihatkan Rasulullah Saw dalam sifat beliau
yang berbeda-beda atau pada dua tempat sekaligus atau pada beberapa
tempat. Maka telah bergabung sifat Rasulullah Saw pada alam khayalan
yang biasanya dilihat, maka Rasulullah Saw menjadi yang bisa dilihat
(diimpikan). Penglihatan seperti ini tidak disyaratkan dengan khilafnya
pandangan dan tidak dekat jaraknya. Keadaan orang yang diimpikan tidak
terkubur dan juga tidak tampak.
Adapun yang disyaratkan adalah wujudnya orang yang dimimpikan dan tidak dianggap dalil yang menunjukkan ketiadaan raga Rasulullah Saw. Bahkan diterangkan di beberapa hadits shohih bahwasanya sesuatu yang ditetapkan dengan ketetapan bersama para anbiya dan diriwayatkan pula bahwasanya mereka sholat dikuburan mereka (para Nabi) dan akan tetap mengalir amal mereka seperti sewaktu mereka hidup.
Adapun yang disyaratkan adalah wujudnya orang yang dimimpikan dan tidak dianggap dalil yang menunjukkan ketiadaan raga Rasulullah Saw. Bahkan diterangkan di beberapa hadits shohih bahwasanya sesuatu yang ditetapkan dengan ketetapan bersama para anbiya dan diriwayatkan pula bahwasanya mereka sholat dikuburan mereka (para Nabi) dan akan tetap mengalir amal mereka seperti sewaktu mereka hidup.
Komentar:
0 comments: