و كلهم من رسول الله ملتمس # غرفا
من البحر أو رشفا من الديم
Bukan hanya sekedar
Dzurriyah Nabi, tetapi juga penerus perjuangan
BeliauShallallahu alaihi wa
sallam dalam berdakwah. Gambaran yang tercermin ketika terdengar sebuah nama;
Al-Ustad Hasan bin Ahmad Baharun. Seorang guru yang benar-benar memilih langkah
jalan hidup Rosulullah sebagai pedoman hidup. Sifat-sifat Nabi Muhammad saw.
telah beliau terapkan dalam hidupnya.
Hijrah Nabi saw. dari kota
Mekkah menuju kota Madinah bukan untuk mencari suasana kehidupan baru bagi
beliau, melainkan sebuah langkah awal perjuangan menegakkan agama
Islam di bangsa Arab, bahkan di seluruh penjuru dunia. Begitu pula hijrah yang
dijalankan oleh Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun semasa hidupnya, tidak hanya
sekedar Rihlah biasa melainkan Rihlatul Iman yang memiliki target pengembaraan
keilmuan yang jelas, dakwah, observasi serta selalu memberikan kesan
setelah meninggalkan tempat-tempat yang pernah beliau kunjungi.
Sifat-sifat Nabi saw. yang
paling nampak dalam diri seorang
Sabar, tentu kita semua
tahu perjuangan dakwah Nabi saw. yang penuh dengan kesabaran dalam menghadapi
rintangan dan hambatan baik secara internal dari golongan keluarga beliau
sendiri dan terlebih eksternal dari para kaum kafirQuraiys bahkan beliau juga
pernah dicaci maki dan dilempari ketika hijrah ke Habasyah. Kasus serupa juga
pernah dialami oleh Abuya Al Habib Hasan Baharun. Kala itu salah satu santri
ceroboh membuang air cucian piring dari tingkat atas sehingga mengenai tubuh
dan membasahi gamis yang beliau kenakan.
Dengan kesabaran yang
beliau terapkan dalam kehidupan, beliau sama sekali tidak menunjukkan kemarahan
bahkan memaafkan dan dengan bijaksana menasehati santri tersebut untuk
berhati-hati seraya berkata “Untung saja Ana yang kena, bagaimana jika orang
lain yang kena?”
Istiqomah, Nabi Muhammad
saw. pernah bersabda “Sebaik-baiknya perbuatan adalah yang paling
berkesinambungan meskipun sedikit”
Bangun dini hari pada jam
dua malam merupakan sebuah tradisi yang selalu beliau tekuni, di manapun,
kapanpun dan dalam kondisi apapun. Sepercik kisah unik dari sosok Ustad Hasan
Baharun yang mungkin sulit terlupakan bagi para santri beliau di Ganjaran
Malang karena di mata mereka beliau memiliki ciri khas tersendiri. Ketika
membangunkan para santri untuk bangun malam, yaitu setiap kali beliau
membangunkan santri beliau selalu membawa lampu petromak.
Sebelum subuh dari pukul
tiga malam mereka diajarkan Kitab Muhawarah yang beliau susun sendiri. Begitu
pula penerapannya di pundok pesantren Darullugah Wadda’wah, kesan yang selalu
diingat para santri adalah suasana Qiyamul lail bersama Abuya dengan
disediakannya kopi setiap malam.
Bahkan ketika beliau baru
datang dari Saudi Arabia dengan keadaan yang tentunya penuh lelah dan letih,
beliau singgah di kediaman salah satu wali murid (H.Yusuf Bekasi) untuk
bermalam dan tidak lupa meminta tuan rumah untuk membangunkan beliau. Bahkan, Ustad Hasan juga
menelpon ke kantor pondok dan memerintahkan penjaga malam pondok untuk menelpon
H.Yusuf agar niatnya membangunkan Abuya pada jam tersebut. Dan banyak lagi
amalan atau wirid-wirid yang ditekuni semasa hidup Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun.
Tawakkal dan Keyakinan Yang
Luar Biasa, “Idza Azamta fatawakkal Alallah”Al-Hadits. Pada saat krisis ekonomi
menimpa bangsa Indonesia beliau justru membangun gedung berlantai tiga untuk
madrasah/asrama santri dengan biaya awal hanya sebesar Rp 5.000.000,- sehingga
hal tersebut menimbulkan keraguan dari beberapa orang yang diantara mereka
datang ke pondok dan bertanya kepada beliau ”Ya Ustadz sekarang masa krisis kok
antum malah membangun dan uang yang ada untuk beli besi pondasi saja tidak
cukup apalagi untuk membangun bangunan yang memerlukan biaya yang sangat
besar!” Namun beliau menjawab dengan jawaban yang penuh keyakinan dan tawakkal
kepada Allah swt. “Yang mengalami krisis itu kan cuma Indonesia dan kamu harus
yakin bahwa Allah Yang Maha Kaya tidak akan pernah mengalami krisis.” Itulah
jawaban spontan yang cukup mencengangkan, tidak terlontar kecuali dari
orang-orang yang betul-betul punya tawakkal tinggi.
Disamping
itu apabila beliau dimintai saran-saran oleh panitia masjid dan madrasah beliau
selalu menyuruh langsung untuk membongkar masjid yang akan dibangun karena
menurut beliau, pembangunan masjid dan madrasah adalah proyek Allah swt.,
sehingga tidak perlu khawatir dari pertolongan Allah.
Salah
satu cara beliau dalam mendatangkan pertolongan dan bantuan Allah, adalah
dengan bersedekah kepada para fakir miskin dan tukang becak serta para pedagang
yang berada di perempatan jalan baik di Bangil ataupun di Gempol. Hal tersebut
beliau laksanakan sekitar pukul 02.00-03.00 malam, sebagaimana yang
dikisahkan setelah wafatnya beliau oleh Mohammad Rodi dan Thoyyib Afandi yang
senantiasa membantu membagikan shodaqoh yang sering dilakukan oleh Abuya AlmUst. Hasan Baharun.
Keikhlasan, Beliau
senantiasa menekankan keikhlasan kepada guru dan santri dalam setiap tindakan
sebagaimana beliau lakukan ketika merekrut guru-guru yang akan mengajar di
Pondok dan karena guru yang tidak ikhlas akan menularkan ilmu secara
berkesinambungan yang tidak ikhlas pula, sehingga apabila ada guru baru
biasanya kurang diperhatikan. Hal ini beliau lakukan semata-mata untuk menguji
tingkat keikhlasan para guru yang akan mengajar.
Apabila
pondok dirintis dengan niat yang Ikhlas, maka Allah saw. akan mempromosikan
sendiri melalui malaikat-malaikatnya kepada kaum muslimin.Bahkan ketika guru-guru
mengusulkan untuk membuat papan nama beliau selalu menolak, karena khawatir
terbesit rasa tidak ikhlas. Baru sekitar 2 tahun sebelum wafatnya, beliau
memperkenankan membuat papan nama karena banyak wali santri yang datang dari
jauh selalu kebingungan mencari alamat pondok, itulah alasan yang sering
diajukan oleh asatidz.
Komentar:
0 comments: