Ada satu karomah beliau yang dirasakan betul dengan nyata oleh salah seorang muridnya yang saat ini berdomisili di Malang. Sekitar tahun 1998, murid tersebut yang telah berkeluarga, datang kepada beliau untuk meminta nama anak pertama yang masih berada dikandungan istrinya.
”Kamu ingin meminta nama?”, tanya Abuya.
”Benar wahai Abuya”, jawab si murid.
Kemudian Abuya mengatakan,”Kemarikan tangan!” Murid
tersebut memberikan tangannya, beliau lalu memegang telunjuk murid tersebut
sambil berkata,
”Pertama, laki-laki, Muhammad Anas."
Kemudian memegang jari
tengah,
"kedua, Muhammad Alawi. "
Lalu memegang jari manisnya,
Ketika memegang jari kelingking, beliau terdiam sejenak
lalu berkata,”Insya Allah, perempuan”.
Subhanallah, apa yang dikatakan oleh beliau semua terjadi
tepat sesuai dengan yang beliau katakan. Anak pertama lahir laki-laki, saya
beri nama Muhammad Anas, kedua juga laki-laki, ketiga juga laki-laki dan yang
keempat adalah perempuan.
Padahal saat itu mereka semua belum lahir ke dunia
ini. Maha suci Allah yang telah membuka hijab kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Di antara karomah beliau yang sangat jelas adalah dimana
beliau berada, beliau akan dihormati & disanjung. Dalam pertemuan ulama
dibelahan dunia islam atau majlis-majlis ilmu manapun kehadirannya selalu
dibanggakan. Tak terkecuali dihadapan penguasa atau pemerintah.
Suatu ketika, di Makkah diadakan pertemuan para tokoh
& ulama yang juga dihadiri oleh raja & para aparat penting
pemerintahan. Mereka datang dari kota-kota Hijaz.
Raja Kerajaan Arab Saudi saat itu Raja Fahd bin Abdul Aziz
tiba ditempat pertemuan & duduk diposisi terdepan dengan kursi khusus yang
disiapkan. Di samping kanan kirinya adalah tokoh-tokoh & ulama terkemuka
saat itu.
Tidak berselang lama, Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki
dengan beberapa orang yang mengikutinya tiba di tempat. Begitu Raja melihat
kehadiran beliau. Tampaklah kewibawaan beliau yang besar, maka Raja Fahd
berdiri menyambut kedatangan Abuya.
Otomatis ketika Raja berdiri. Maka semua
orang yang ada ditempat itu, baik kalangan pemerintahan maupun ulama &
tokoh ikut berdiri. Seakan-akan beliaulah yang ditunggu kehadirannya, padahal
disana banyak ulama & tokoh terkemuka.
Kemudian Raja Fahd mempersilahkan Abuya duduk di
sampingnya, tentu di barisan paling depan. Sekalipun tadi sepertinya semua
kursi sudah terisi, tetapi untuk beliau selalu ada kursi kosong. Maka
disiapkanlah kursi untuk tempat duduk beliau.
Siapa yang menjadikan Raja begitu hormat kepada beliau?
Siapa yang menyuruh mereka berdiri menyambut kehadirannya & siapa yang
menggerakkan hati mereka untuk cinta kepada beliau? Dialah Allah swt. Raja
Diraja Yang Maha Kuasa.
Maka tidaklah berlebihan jika seorang bijak
berkata,”Sebenar-benarnya raja di dunia ini adalah para ulama”. Memang
demikianlah kenyataannya, ulama yang ilmunya barokah & manfaat pasti akan
dihormati & dicintai di manapun berada. Merekalah auliya Allah, kekasih-kekasih
Allah.
Bukti ketinggian maqam beliau di sisi Allah &
Rasul-Nya, Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki tergolong salah satu hamba yang
mendapat i’tina’ khasshah (perhatian istimewa) dari baginda Nabi Muhammad saw.
dalam segala gerak-gerik & kehidupan beliau, sekalipun pada hal-hal yang
sepele atau kecil.
Maqam seperti ini bukanlah sembarang maqam, sebab hanya
hamba-hamba pilihan Allah-lah yang mendapatkannya, seperti Al-Habib Abdullah
bin Alawi Al-Haddad.
Hal ini tampak jelas pada akhir hayat beliau, di mana
beliau tidak memotong rambut & tidak memacari jenggotnya. Guru kami
Al-Ustadz Al-Habib Sholeh bin Ahmad AlAydrus ketika melaksanakan ibadah haji
pada tahun 1424 H dengan beberapa murid-murid Abuya lainnya datang untuk
menziarahi beliau.
Lalu Ustadz Sholeh bertanya kepada Abuya kenapa beliau
tidak memacari jenggotnya. Abuya diam tidak menjawab. Ditanya kedua kalinya,
beliau tetap diam dan ketika ditanya ketiga kali, beliau berkata,”Rasulullah
saw. melarangku”.
Maksudnya, Rasulullah melarang beliau untuk memacari
jenggot beliau agar tampak ubannya, yang memberi isyarat bahwa manusia itu akan
tua & sebentar lagi akan menghadap Allah swt. Siapapun & bagaimanapun
kedudukannya akan menghadapi kematian. Rupanya itu adalah pertanda dekatnya
ajal beliau.
Karena memang kenyataannya demikian, pertemuan beliau
dengan murid-muridnya yang datang dari Indonesia pada waktu itu adalah
pertemuan terakhir mereka di dunia dengan sang maha guru. Sembilan bulan
setelah itu, tepatnya di bulan Ramadhan 1425H beliau dipanggil ke hadirat Allah
swt.
Apa yang terjadi kepada beliau ini mengingatkan kita
kepada Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad. Di mana di akhir hayat beliau,
beliau memanjangkan rambutnya, tidak memotongnya, ketika ditanya alasannya,
beliau mengatakan bahwa yang beliau lakukan itu karena perintah Rasulullah saw.
[]
Komentar:
0 comments: