Hal-hal Yang Dianjurkan Dan Disunnahkan Oleh Nabi Berkaitan Dengan Anak Yang Dilahirkan diantaranya adalah dengan Bergembira Dengan Anak Yang Dilahirkan, Baik Berupa Laki-laki Maupun Perempuan
Diantara yang
dianjurkan dan disunnahkan oleh Nabi Muhammad I untuk merasa gembira dengan
anak yang dianugerahkan kepadanya oleh Allah SAW sebagai titipannya.
Baik anak
tersebut berupa anak laki-laki maupun anak perempuan. Baik anak itu seperti
yang diharapkan kedua orang tuanya atau tidak seperti yang diharapkannya.
Akan
tetapi terkadang ketika anak yang dilahirkan berupa seorang anak perempuan,
maka dia merasa tidak bahagia dan tidak senang dengan kelahiran tersebut. Dan
ini merupakan salah satu dari pada adat jahiliyyah yang dibenci oleh Allah dan
Rosulnya . Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
وَإِذَا
بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحْمَٰنِ مَثَلًا ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّا
وَهُوَ كَظِيمٌ
Padahal apabila
salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak
perempuan) yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah
mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih
Maka tidak
sepatutnya bagi suami istri ketika mendapatkan anugrah berupa seorang anak
perempuan dia merasa tidak senang dengan kehadirannya, atau di dalam hatinya
dia mengatakan, “Jikalau anak itu berupa seorang laki-laki, maka akan lebih
baik.” Karena Allah SAW tidak menentukan sesuatu untuk kita kecuali yang
terbaik.
Baik berupa kebaikan dalam pandangan mata kita maupun berupa
keburukan, maka pada hakikatnya di balik itu semua merupakan sebuah kebaikan.
Karena kebaikan
disini bukan hanya kebaikan yang dirasakan kesenangannya, kebahagiaan di dunia
saja. Akan tetapi berlanjut kelak hingga di akhirat. Oleh karenanya dalam
syariat dibedakan antara ni’mat (نِعمة)
sama na’mat(نَعمة) . Kalau ni’mat, maka
sebuah kenikmatan yang bersambung dengan kenikmatan selanjutnya di akhirat.
Adapun na’mat
adalah sebuah kenikmatan yang terbatas hanya di rasakan di dunia saja. Maka
dari itu, maka hendaknya kedua orang tua merasa yakin dengan anugrah dari pada
Allah Ta’ala berupa anak pasti yang terbaik baginya, baik laki-laki maupun
perempuan.
Bahkan di dalam
surah Al-Kahfi disebutkan bahwasanya anak yang dibunuh oleh Nabiyullah Khidhir
AS karena kelak akan menjadikan kedua orang tuanya kafir karenanya, itu adalah
seorang anak laki-laki.
Kemudian Allah menjanjikan untuk kedua orang tuanya
dengan ganti dari pada anak yang dibunuh tersebut dengan anak yang lebih baik.
Ternyata anak
yang dijanjikan oleh Allah tersebut berupa seorang anak perempuan. Dan akhirnya
Allah SWT mengeluarkan dari pada rahim wanita tersebut 70 Nabi dari kalangan
Bani Isra’il. Maka di sini kita dapat memahami bahwasanya pada anak perempuan
juga ternyata ada kebaikan.
Atau tidak terduga kebaikan itu dari anak laki-laki
ataukah anak perempuan. Oleh karena itu Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
sebagai berikut:
فَإِن
كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّـهُ فِيهِ خَيْرًا
كَثِيرًا ﴿١٩
Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Dan Al-Imam
Al-Ghozali berkata bahwasanya: Bisa jadi kedua orang tua yang merasa tidak
bahagia ketika mendapatkan seorang anak perempuan, kelak ketika anak itu sudah
dewasa dan besar, dia akan mensyukurinya.
Dan bisa jadi ketika kedua orang tua
yang merasa bangga dan bahagia ketika yang dilahirkan berupa seorang anak
laki-laki, ternyata setelah anak tersebut dewasa dan besar, ia akan
menyesalinya.
Oleh karena
itu, serahkan kepada Allah SWT dan harus diyakini bahwasanya yang diberikan-Nya
adalah yang terbaik untuk kita. Dan cukup merupakan sebuah keburukan bagi
seorang hamba jika dia itu merasa tidak senang dengan anugrah yang Allah
berikan kepadanya.
Dan berkata
Ya’qub bin Bukhtan yang dia itu mempunyai tujuh anak semuanya perempuan. Setiap
kali dia mendapatkan anak perempuan tersebut, maka dia datang kepada Imam Ahmad
bin Hambal untuk memberitahukannya dan meminta nama kepadanya.
Maka Imam Ahmad
bin Hambal memberikan ucapan selamat kepadanya seraya berkata, “Wahai Abu
Yusuf… Sesungguhnya para Nabi adalah ayah dari pada anak-anak perempuan.”
Sehingga kata-katanya tersebut menghilangkan rasa susahku dan sedihku karena
selalu mendapatkan anak perempuan. Karena memang disebutkan oleh para ahli
sejarah bahwasanya kebanyakan para Nabi melahirkan anak-anak perempuan.
Bahkan di dalam
kita mendapatkan anugrah berupa anak perempuan, di situ ada janji Allah SWT
berupa pahala yang banyak dan berhaknya kita mendapatkan surga. Asalkan kita
benar-benar mendidiknya sehingga mereka semuanya menjadi dewasa. Sebagaimana hal
itu disebutkan oleh Nabi dalam hadits-hadits berikut ini:
عَنْ
عَائِشَةَ رضي الله عنها ، قَالَتْ : جَاءَتْ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا
فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ ، فَأَعْطَيْتُهَا إيَّاهَا
فَأَخَذَتْهَا فَشَقَّتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا ، ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ هِيَ وَابْنَتَاهَا
، فَدَخَلَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى تَفِئَةِ ذَلِكَ
فَحَدَّثَتْه حَدِيثَهَا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: مَنِ
ابْتُلِيَ
مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ فَأَحْسَنَ إلَيْهِنَّ ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ
النَّارِ
Dari Sayyidah
Aisyah RA dia berkata: “Pernah suatu waktu datang seorang wanita bersamanya
kedua anak perempuannya untuk meminta kepadaku.
Aku tidak mendapatkan sesuatu
untuk aku berikan kepadanya selain sebuah kurma. Maka aku berikan kurma
tersebut. Kemudian oleh perempuan itu, kurma itu dibagi dua lalu diberikan
kepada kedua putrinya.
Setelah itu mereka beranjak dari rumahku. Kemudian Nabi datang setelah mereka pergi. Maka aku
ceritakan tentang keadaan perempuan tersebut dengan kedua putrinya.
Maka
Rosulullah Ibersabda: Barang siapa yang diberikan ujian dengan mempunyai anak
perempuan lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi sebab
bagi orang tuanya untuk tidak dimasukkan ke dalam neraka.
عن
أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لاَ يَكُوْنُ
لِأَحَدٍ ثَلَاثُ بَنَاتٍ, أَوْ ثَلَاثُ أَخَوَاتٍ, أَوْ بِنْتَانِ, أَوْ أُخْتَانِ
فَيَتَّقِى اللهَ فِيْهِنَّ وَ يُحْسِنُ اِلَيْهِنَّ اِلَى دَخَلَ الجَنَّةِ
Tidaklah
seseorang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua
anak perempuan atau dua saudara perempuan, kemudian dia bertaqwa kepada Allah
di dalam mengurus anak-anaknya ataupun saudara-saudarinya tersebut dan berbuat
baik kepada mereka kecuali hal ini akan memasukkannya ke dalam surga.
عن
ابن منكدر أن النبي قال: مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ
بَنَاتٍ أَوْ أَخَوَاتٍ فَكَفَاهُنَّ وَزَوَّجَهُنَّ دَخَلَ الجَنَّةَ
َ
Barangsiapa
mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan, lalu dia menjaga
mereka dan memberikan tempat untuk mereka dan kemudian mengawinkan mereka semua
kecuali dia akan dimasukkan ke dalam surga karenanya.
Maka mereka berkata,
“Bagaimana kalau dua anak perempuan ya Rosulullah?” Maka Nabi menjawab, “Walaupun dua anak perempuan.”
Bahkan kami mengira jikalau mereka mengatakan, “Bagaimana kalau seumpama satu
anak perempuan ya Rosulallah?” Maka pasti Nabi
akan mengatakan, “Walaupun satu anak perempuan .“
Kesimpulannya,
bahwasanya anak merupakan sebuah anugrah Allah Ta’ala apapun bentuknya, baik
anak laki-laki maupun perempuan. Dan yang pasti, anugrah Allah Ta’ala tersebut
adalah yang terbaik bagi kita.
Hanya saja jika anak perempuan yang kita dapatkan,
maka kita diperintahkan untuk merasa senang sebagaimana senang kita ketika
mendapatkan anak laki-laki.
Dan dianjurkan
berdasarkan hadits-hadits tersebut di atas, bagi orang tua yang mendapatkan
anak perempuan untuk lebih berhati-hati dan lebih menjaga serta memdidik
mereka.
Karena memang anak perempuan itu merupakan fitnah bagi kedua orang
tuanya, atau suaminya kelak, begitu pula bagi anak-anaknya nanti.
Komentar:
0 comments: